Pages

Kamis, 05 Agustus 2010

SESEORANG UNTUK DIMILIKI

SESEORANG UNTUK DIMILIKI

Setiap ibu ingin melihat putrinya bahagia dan dicintai. Dan setiap gadis ingin hidup bahagia selama-lamanya. Maka sungguh berat bagiku dan bagi Jackie, anakku, ketika dia menjadi orangtua tunggal. Kami harus menghadapi kenyataan bahwa hidupnya tidak “seindah” yang kami bayangkan.
Dan seakan hidupnya belum cukup berat, Jackie memutuskan untuk pindah membawa Kristopher, anaknya yang berumur 2 tahun, untuk mulai hidup baru. Meskipun kepindahannya akan memisahkan kami bermil-mil jauhnya serta membuatku akan sangat merindukannya dan Kristopher, aku tahu anakku telah membuat keputusan yang tepat.
Jackie seorang perawat, dia mendapat pekerjaan dinas malam di rumah sakit lokal. Lama-kelamaan dia akrab dengan seorang pria muda. “Dia hebat, Bu,” Jackie melapor. Suaranya terdengar wajar, tetapi aku tidak percaya. Apa sebenarnya niat laki-laki itu terhadap anakku? Apakah dia akan mau menerima anak Jackie? Apakah dia akan memperlakukan Jackie dengan lembut dan penuh cinta, atau apakah dia hanya akan menambah carut luka di hatinya? Aku berusaha keras mengenyahkan pertanyaan-pertanyaan itu dari pikiranku, tapi tak bisa. Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantuiku.
Kemudian, sesuatu yang paling ditakuti orangtua dan kakek-nenek terjadi: Kristopher sakit parah. Dia menangis dan mengeluh kakinya sakit setiap kali dia digendong atau kaki itu tersentuh. Setelah melewati beberapa hari penuh penderitaan, dokter-dokter mendiagnosa penyakitnya—osteomyelitis, infeksi tulang. Penyakit itu berbahaya dan infeksinya sudah menyebar. Agar bisa segera dioperasi, Kristopher harus segera dirawat di rumah sakit.
Setelah operasi, Kristopher dibawa kembali ke kamarnya dan diinfus. Selang-selang dimasukkan dan dikeluarkan dari pinggulnya yang kecil untuk mengalirkan obat ke lukanya dan membuang cairan. Tetapi, walaupun mendapat obat-obatan cair dan antibiotik, suhu tubuhnya tetap tinggi. Berat badannya menyusut. Dia tak punya nafsu makan dan wajahnya kuyu.
Dokter-dokter memberitahu kami bahwa Kristopher harus dioperasi sekali lagi untuk menghentikan infeksinya. Sekali lagi tubuhnya harus menjalani prosedur yang menyakitkan itu. Setelah itu, Kristopher dibaringkan di ranjang, banyak sekali selang yang dihubungkan ke tubuhnya, hingga dia tak bisa dipindahkan, diangkat, digendong, atau dibuai-buai dalam pelukan ibunya.
Setiap malam waktu Jackie harus kembali bekerja, aku mengendarai mobilku bermil-mil jauhnya untuk menjenguk Kristopher. Aku tidak bisa lama menemaninya, karena untuk pulang aku harus menyetir selama beberapa jam. Setiap kali aku bersiap untuk pergi, Kristopher menangis, “Nenek, jangan pergi. Kalau nenek pergi, aku takkan punya siapa-siapa untuk dimiliki.” Dan setiap kali pula, hatiku pedih mendengar permohonannya. Tetapi, bagaimanapun pula aku harus pergi. Lalu kubisikkan padanya bahwa aku mencintainya dan berjanji akan datang kembali.
Pada suatu malam, ketika mendekati kamar cucuku di rumah sakit untuk menjenguknya, aku mendengar seseorang berbicara dengan Kristopher. Suaranya seperti suara lelaki dewasa. Ketika semakin dekat, aku bisa mendengar suara itu dengan lebih jelas—suara yang tegas namun lembut, yang bicara kepada Kristopher dengan nada menghibur. Siapa yang sedang bicara kepada cucuku dengan nada seperti itu? Aku menebak-nebak.
Aku masuk ke kamar dan apa yang kulihat membuatku kaget sekali.
Pria muda yang sering diceritakan putriku sedang berbaring di ranjang kanak-kanak. Tubuhnya yang 6 kaki melengkung sekecil mungkin; punggungnya yang lebar menekan jeruji ranjang; lengannya yang panjang memeluk Kristopher; menimangnya seakan menimang sesuatu yang berharga.
Pria muda itu mengangkat wajahnya, memandangku, dan tersenyum lebar; senyum yang menyiratkan penjelasan. Lalu dia berkata lirih, “Anak kecil butuh dipeluk dan dibelai. Karena kami tak boleh mengeluarkannya dari ranjang ini, aku memutuskan masuk ke sini dan memeluknya.”
Air mata bahagia membasahi mataku. Aku tahu, doaku dikabulkan Tuhan. Putriku telah menemukan seorang pria berhati lembut dan penuh kasih. Harapan Kristopher juga dikabulkan: akhirnya, dia mempunyai “seseorang untuk dimiliki.”
Sekarang umur Kristopher 20 tahun dan telah sembuh sama sekali. Kekasih putriku, John yang berhati lembut itu, menjadi ayah tiri paling baik yang bisa dibayangkan oleh seorang bocah laki-laki.

Maxine M. Davis
Chicken Soup for The Couple’s Soul. 2005

Tidak ada komentar: