Pages

Selasa, 05 Juni 2012

Menilai atau Menghakimi (2)


KETIKA KITA DIHAKIMI

                Banyak orang mudah menghakimi namun tidak suka dihakimi, mendapat label tertentu, menjadi korban stereotip, dll. Dihakimi memang tidak pernah menyenangkan. Karena itu, bagaimana sikap paling bijak saat kita dihakimi?

Abaikan Sikapnya, Temukan Intinya
Orang tidak suka dihakimi karena penghakiman yang diterima berupa penilaian negatif. Tapi jangan buru-buru menganggap semua penilaian negatif pasti adalah penghakiman yang tidak adil dan keliru. Demikian juga, kadang ada juga orang yang sikap, pemakaian kata, cara pengucapan, dll sepertinya penuh penghakiman, padahal apa yang disampaikannya mungkin saja ada kebenarannya. Jika kita begitu saja mengabaikannya, tentu kita sendiri yang rugi karena tidak bisa mengevaluasi diri atau bahkan menjadi anti kritik.

Tidak Perlu Diperpanjang
Dalam hidup ini, kadang berlaku prinsip tong sampah. Ada orang yang menjadi pembuang sampah keluhan, amarah dan penghakiman, ada juga yang menjadi tong sampahnya. Nah, jika kebetulan kita menjadi tong sampahnya, tidak perlu kita lalu berubah menjadi pembuang sampah. Jangan sampai hanya karena kita dihakimi kemudian kita pun merasa berhak menghakimi orang lain atau orang yang menghakimi kita itu.

Hargai Diri Sendiri
Jika anda bisa menghargai diri sendiri, menyadari potensi diri, bisa melihat diri sendiri secara objektif dan proporsional serta punya standar yang benar (firman Tuhan) dalam menilai segala sesuatu, maka penghakiman orang lain tidak akan membuat anda terpuruk. Jadi jangan hanya menilai diri berdasarkan apa kata orang saja, miliki juga penilaian diri sendiri dan lihat apa yang firman Tuhan katakan tentang diri anda.

Abaikan
Ada kalanya, penghakiman orang lain memang tidak perlu kita ributkan atau pikirkan. Nuh dan Nehemia melakukan cara ini. Mereka tidak izinkan penghakiman orang lain merusak atau mengganggu pekerjaan Tuhan yang sedang mereka lakukan. Namun, kita juga harus berhati-hati agar jangan sampai kita yang terlalu percaya diri, merasa bahwa kita sudah ada di jalan yang benar dan menganggap teguran Tuhan melalui ucapan orang lain itu sebagai penghakiman yang tidak adil.

Konfrontasi
Ketika menghadapi penghakiman dan tuduhan orang-orang farisi, Yesus beberapa kali mengkonfrontasi mereka (misalnya saat ia dituduh menyembuhkan dengan kuasa setan). Namun, harus diperhatikan bahwa ini baru boleh kita lakukan jika Allah memang menghendaki kita mengkonfrontasinya. Jangan kita justru menikmati saat berkonfrontasi dan berdebat dengan orang lain yang menuduh kita macam-macam.

Tetap Tenang
Saat mendengar atau melihat orang lain menghakimi, kita buru-buru meresponnya, terutama dengan marah. Memang sulit rasanya mendengarkan atau mengetahui orang lain mengatakan hal tentang kita yang kita rasa tidak benar. Namun, seringkali bersikap reaktif seperti ini justru bisa membuat masalah semakin besar. Tenangkan diri dulu, cari cara untuk bisa menanggapinya dengan bijak (bahkan bisa jadi cara terbaik justru dengan tidak usah menanggapinya).

Ampuni dan Doakan
Ini sulit tapi percayalah hasilnya pasti baik. Pengampunan itu sendiri akan membebaskan kita dari rasa dendam, marah, dan rasa tidak nyaman lainnya. Dan dengan berdoa, kita sudah mengikutsertakan Tuhan agar IA turut campur tangan dalam masalah ini.

Cari Teman Bicara
Jika anda sudah merasa sangat terganggu oleh penghakiman tidak benar yang orang lain katakan, cobalah bicara dengan orang yang anda percayai. Ceritakan masalah anda. Ini akan membantu anda melawan efek negatif penghakiman orang lain. Bahkan, bukan mustahil dari proses ini anda menemukan pencerahan di balik penghakiman orang tersebut.

Source: Spirit Handbook Mei 2012

Tidak ada komentar: