Pages

Selasa, 05 Juni 2012

Menilai atau Menghakimi (1)


APAKAH SAYA MENGHAKIMI???

                Siapa orang yang paling sering menghakimi sesamanya? Jika menurut hasil pencarian Google, jawabanny justru orang-orang yang dikatakan religius. Betapa ironis sekaligus menyedihkan jika ini memang benar. Sementara Alkitab mengatakan agar kita yang rohani jangan mudah menghakimi, ternyata orang dunia menganggap kitalah yang suka menghakimi. Maka dari itu, sedapat mungkin hindari sikap menghakimi.

Menyadari Ketika Kita Mulai Menghakimi
Banyak orang Kristen tahu nasihat untuk tidak suka buru-buru menghakimi. Tapi terkadang kita tidak menyadari jika kita sudah menghakimi. Karena itulah, bedakan antara menghakimi dan memperingatkan/menegur, antara menghakimi dengan hanya berdasarkan subjektivitas dengan menghakimi secara adil.

Pahami Orang Lain
Daripada menghakimi, belajarlah lebih memahami orang itu. Sering terjadi, orang yang menghakimi orang lain justru sebenarnya tidak kenal diri orang yang dihakiminya itu. Miliki empati, tempatkan diri di posisi mereka, lihat secara lebih objektif.

Bicara Dari Hati ke Hati
Menghakimi bisa dan sering dilakukan secara sepihak dan tak terang-terangan (bukankah bergosip sering diwarnai hal ini?). itulah sebabnya, daripada berasumsi dan jadi menghakimi, lebih baik bicaralah dengan orang tersebut secara langsung. Dengan demikian, kita bisa tahu bagaimana duduk perkara sebenarnya dan bukan dengan menebak-nebak saja.

Banyak Mendengar, Tidak Buru-buru Menyimpulkan
Menghakimi seringkali diakibatkan oleh satu kebiasaan: tidak mau mendengarkan dan terburu-buru menyimpulkan. Hanya karena mendengar kutipan ucapan seseorang, kita buru-buru menyimpulkan tanpa melihat konteks dan alasan orang itu berkata demikian. Cepat mendengarkan, lambat berkata-kata (termasuk menyimpulkan) dan lambat marah (Yak.1:19), itulah rumus yang Firman Tuhan berikan.

Pilih Kata yang Tepat
Kata-kata yang kita pakai bisa sangat memengaruhi diri kita dan tentu saja orang yang mendengarnya, sehingga ia pun merasa dihakimi ketimbang dikritik. Kata-kata yang dimaksud seperti, kata yang menggeneralisasi seperti “selalu”, “tidak pernah”, dll. Juga kata-kata yang memberi label kepada orang lain, “Dia teman yang buruk”, “Kamu salah”, dll. Daripada memakai kata-kata yang seperti itu, berkatalah dengan mewakili diri sendiri. Contoh: “Saya tidak suka caranya memperlakukan orang lain”, “menurutku itu tidak tepat”, dll.

Menerima Perbedaan
Dalam Roma 14, Paulus menasihati para jemaat yang rupanya sudah jatuh ke dalam saling menghakimi. Ia berkata, tidak ada gunanya meributkan pendapat dan kebiasaan orang lain yang berbeda dengan anda (ay.1-3). Ya ini jelas sekali. Menerima perbedaan adalah kunci menghindari sikap suka menghakimi. Kurangilah meributkan perbedaan, dan perbanyak memahami satu sama lain.

Source: Spirit Handbook Mei 2012

Tidak ada komentar: